VALUTA ASING
- Transaksi Valuta Asing
Transaksi mata uang asing terjadi
pada pasar spot, forward, atau swap.
Mata uang yang dibeli atau dijual pada spot umumnya harus dikirimkan
secepatnya, yaitu dalam waktu 2 hari kerja. Kurs pasar spot dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk perbedaan tingkat
inflasi antar negara, perbedaan suku bunga nasional dan ekspektasi terhadap
arah nilai tukar di masa mendatang. Kurs nilai tukar pasar spot dapat
dinyatakan langsung atau tidak langsung. Apabila dinyatakan langsung, kurs
nilai tukar menunjukkan jumlah unit mata uang domestik yang diperlukan untuk
memperoleh satu unit mata uang asing.
Transaksi pada pasar forward adalah perjanjian untuk
melakukan pertukaran suatu mata uang dengan jumlah tertentu ke dalam mata uang
lain pada suatu tanggal di masa depan. Kuotasi pada pasar forward dinyatakan dengan diskonto atau premium dari kurs spot.
Kuotasi spot dan forward untuk
kebanyakan mata uang utama pada setiap hari kerja dapat ditemukan pada halaman
bisnis kebanyakan surat
kabar utama.
Transaksi swap melibatkan pembelian spot
dan penjualan forward atau penjualan spot atau pembelian forward, atas suatu mata uang yang bersamaan. Investor sering
memanfaatkan transaksi swap untuk
mengambil keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi di suatu negara
asing, sembari dalam kesempatan yang sama melindungi diri terhadap pergerakan
yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta asing.
Transaksi dalam mata uang asing
terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan
pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan
meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing. Suatu mata uang asing dapat
berdenominasi dalam satu mata uang, tetapi diukur atau dicatat dalam mata uang
yang lain. Mata uang fungsional dapat diartikan sebagai mata uang lingkungan
ekonomi yang utama di mana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas.
Dalam FAS No. 52, pernyataan
standar akuntansi untuk mata uang asing yang wajib diterapkan di AS,
mengharuskan perlakuan berikut ini untuk transaksi mata uang asing :
- Pada tanggal suatu transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian yang terjadi dari suatu transaksi harus diukur dan dicatat dalam mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada tanggal tersebut.
- Pada setiap tanggal neraca, saldo- saldo tercatat yang berdenomasi dalam suatu mata uang selain mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs nilai tukar terkini.
- Translasi Valuta Asing
- Alasan- alasan untuk melakukan Translasi
Transalasi merupakan proses
penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Kebanyakan
masalah yang berkaitan dengan translasi mata uang berasal dari fakta bahwa
nilai relatif mata uang asing jarang sekali ditetapkan. Kurs nilai tukar
variable, yang digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapat
digunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi,
membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain,
atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari satu periode ke periode
lain sulit dilakukan. Keadaan ini merupakan tantangan tersendiri bagi
perusahaan multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi hasil operasi
dan posisi keuangan. Para analisi keuangan
menemukan bahwa interpretasi informasi tersebut cukup menantang dan kesulitan-
kesulitan ini memengaruhi evaluasi kinerja manajemen.
Alasan tambahan untuk translasi
mata uang asing adalah untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur risiko
suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan
para pihak berkepentingan dari luar negeri.
Untuk keperluan akuntansi, suatu
aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang jika
suatu perubahan kurs nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk
perusahaan (pelaporan) juga perubahan.
- Latar Belakang dan Terminologi
Transalasi tidak sama dengan konversi, yang adalah pertukaran dari
satu mata uang ke mata uang lain secara fisik. Translasi hanyalah perubahan
satuan unit moneter, tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada
transaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi. Saldo- saldo
dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang domestik
berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu harga satu unit suatu mata uang
yang dinyatakan dalam mata uang lainnya.
Dalam permasalahan, jika kurs
nilai tukar relative stabil, translasi mata uang tidak akan lebih sukar dari
proses translasi satuan inci atau kaki menjadi nilai ekuivalennya dalam unit
metrik. Namun demikian, kurs nilai tukar jarang sekali stabil. Mata uang
negara- negara industri maju menemukan nilainya secara bebas dalam pasar mata
uang.
Fluktuasi mata uang meningkatkan
jumlah nilai tukar translasi yang dapat digunakan dalam proses translasi dan
menimbulkan keuntungan dan kerugian mata uang asing.
Perusahaan yang beroperasi secara
internasional menggunakan berbagai metode untuk menyatakan aktiva, kewajiban,
pendapatan, dan beban yang dinyatakan dalam mata uang asing menjadi dalam mata
uang domestik. Metode translasi ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis
yaitu :
- Metode yang menggunakan kurs translasi tunggal untuk menyajikan ulang saldo dalam mata uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang domestik
- Metode yang menggunakan berbagai macam kurs.
- Metode Kurs Berganda
Metode Kurs Berganda menggabungkan kurs
nilai tukar histories dan kurs nilai tukar kini dalam proses translasi.
a. Metode Kini-Nonkini
Berdasarkan Metode Kini-Non Kini, aktiva
lancar dan kewajiban lancer anak perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam
mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan
kewajiban tidak lancer ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Pos-pos
laporan laba rugi (kecuali beban depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan
berdasarkan kurs rata-rata yang berlaku dalam setiap bulan operasi atau
berdasarkan rata-rata tertimbang selama keseluruhan periode pelaporan. Beban
depresiasi dan amortisasi ditranslasikan berdasarkan kurs histories yang
tercatat saaat aktiva tersebut diperoleh. Namun demikian, metode ini tidak
mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk
mentranslasikan aktiva lancer secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas,
piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi resiko nilai
tukar.
b. Metode
Moneter-Nonmoneter
Metode Moneter-Non Moneter juga
menggunakan skema klasifikasi neraca unutk menentukan kurs translasi yang
tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini.
Pos-pos non moneter aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan
investor ditranslasikan dengan menggunakan kurs histories. Pos-pos laporan laba
rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan yang
dijelaskan untuk konsep kini-non kini
.
c. Metode Temporal
c. Metode Temporal
Dengan menggunakan metode temporal,
tranlasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang
nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur,
melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang
asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut tetapi bukan
penilaian sesungguhnya. Berdasarkan GAAP
AS, kas diukur berdasarkan jumlah
yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah
yang diperkirakan akan diterima atau akan dibayar pada saat jatuh temponya.
Berdasarkan metode temporal, pos-pos
moneter seperti kas, piutang, dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini.
Pos-pos moneter ditranslasikan dengan kurs yang mempertahankan dasar pengukuran
pada awalnya. Secara khusus, aktiva yang nilainya dalam laporan mata uang asing
sebesar biaya histories, ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Mengapa
demikian? Hal ini dikarenakan biaya histories dalam mata uang asing yang
ditranslasikan dengan kurs nilai tukar histories menghasilkan biaya histories
dalam mata uang domestik.
Keempat metode yang dibahas pada satu
waktu pernah digunakan di Amerika Serikat dan dapat ditemukan hingga hari ini
di berbagai Negara. Secara umum, metode ini menimbulkan hasil translasi mata
uang asing yang cukup berbeda. Ketiga metode yang pertama (metode kurs kini,
metode kini-non-kini, dan metode moneter-non-moneter) digunakan dalam
mengidentifikasikan aktiva dan kewajiban manakah yang beresiko atau dapat
dilindungi dari resiko mata uang asing. Kemudian, metode translasi diterapkan secara
konsisten dengan memperhatikan perbedaan tersebut.
Keuntungan dan Kerugian Translasi
Perlakuan-perlakuan
akuntansi menyebabkan penyesuaian-penyesuaian intemasional ini sama beragamnya
dengan prosedur-prosedur translasi yang melatarbelakanginya. Karenanya,
solusi-solusi yang masuk akal atas masalah bagaimana memperlakukan “keuntungan
atau kerugian” translasi ini sangat dibutuhkan.
Pendekatan-pendekatan atas akuntansi bagi penyesuaian translasi dimulai dari pendekatan deferral (penangguhan) hingga pendekatan yang tidak mengharuskan penundaan sama sekali, dengan perlakuan-perlakuan hibrida diantara keduanya.
Pendekatan-pendekatan atas akuntansi bagi penyesuaian translasi dimulai dari pendekatan deferral (penangguhan) hingga pendekatan yang tidak mengharuskan penundaan sama sekali, dengan perlakuan-perlakuan hibrida diantara keduanya.
1. Penangguhan.
Memasukkan
penyesuaian-penyesuaian translasi dalam laba berjalan secara umum ditentang
dengan alasan bahwa penyesuaian-penyesuaian tersebut hanyalah produk dari
proses penyajian ulang. Yaitu, perubahan-perubahan dalam valuta domestik
ekivalen dari aktiva bersih perusahaan anak di luar negeri “belum terealisasi”,
tidak memiliki efek atas arus kas valuta lokal yang ditimbulkan oleh entitas di
luar negeri yang mungkin sedang melakukan investasi ulang atau membayar kembali
kepada perusahaan induk. Memasukkan penyesuaian-penyesuaian semacam itu dalam
laba berjalan, dengan demikian, akan menyesatkan. Dalam situasi-situasi ini,
penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari
ekuitas konsolidasi.
Meskipun
begitu, pendekatan deferral, mungkin ditentang dengan alasan bahwa nilai tukar
tidak kembali ke keadaan semula dengan sendirinya. Bahkan jika hal itu terjadi,
penyesuaian-penyesuaiati deferral atau transaksi akan didasari pada prediksi
nilai tukar, upaya yang paling susah dalam praktik. Situasi-situasi bisa timbul
dimana hasil-hasil operasi mengalami salah saji hanya karena kesalahan
peramalan. Bagi beberapa pihak, penundaan kerugian atau keuntungan translasi
menutupi perilaku perubahan nilai tukar; yaitu, perubahan-perubahan kurs
merupakan fakta historis dan pemakai-pemalcai laporan keuanganakan terlayani
dengan baik jika dampak-dampak fluktuasi nilai tukar dicatat ketika
dampak-dampak ini muncul. Menurut FAS No. 8(paragraf 199), “Kurs selalu
berfluktuasi; akuntansi seharusnya tidak memberi kesan bahwa kurs tersebut
stabil”.
2. Penangguhan dan Amortisasi
Beberapa pengamat menyukai penundaan keuntungan
dan kerugian translasi dan mengamortisasikan penyesuaian-penyesuaian ini selama
usia item-item neraca yang bersangkutan. Apresiasi marka terhadap dolar antar
tanggal konsolidasi menghasilkan kerugian translasi. Berdasarkan asumsi bahwa
biaya dari aset termasuk pengorbanan yang diperlukan untuk mengurangi dan
menghapus kewajiban yang terkait, kerugian translasi akan diperlakukan sebagai
bagian dari biaya aset yang bersangkutan dan diamortisasikan menjadi beban
selama usia produktif aset tersebut.
- Penangguhan Parsial
Keuntungan
dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah
terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan. Penangguhan
keuntungan translasi semata- mata hanya karena merupakan keuntunga, tetap mengabaikan
terjadinya perubahan kurs.
4. Tidak Ditangguhkan
Pilihan ketiga dalam akuntansi bagi keuntungan
dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian atau keuntungan tersebut
dalam laporan laba-rugi secepatnya. Penundaaan macam apapun dianggap semu dan
menyesatkan. Selain itu, kriteria-kriteria penundaan dianggap tidak mungkin
diimplementasikan dan secara internal tidak konsisten.
Jadi,
pendekatan tradisionalnya adalah mengakui kerugian dengan segera tetapi hanya
mengakui keuntungan sejauh keuntungan tersebut telah terealisasi. Walaupun
bersifat konservatif, penundaan keuntungan translasi semata-mata dilakukan
karena keuntungan “menolak” bahwa perubahan kurs telah terjadi.
Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba berjalan, sayangnya, berarti melibatkan elemen random dalam laba yang bisa mengakibatkan gejolak laba yang signifikan setiap kali nilai tukar berubah. Selain itu, memasukkan keuntungan dan kerugian “di atas kertas” semacam itu ke dalam laba yang dilaporkan bisa menyesatkan pembaca laporan keuangan, karena penyesuian-penyesuaian ini tidak selalu menyediakan informasi yang cocok dengan dampak ekonomi yang diharapkan dari perubahan kurs atas arus kas perusahaan.
Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba berjalan, sayangnya, berarti melibatkan elemen random dalam laba yang bisa mengakibatkan gejolak laba yang signifikan setiap kali nilai tukar berubah. Selain itu, memasukkan keuntungan dan kerugian “di atas kertas” semacam itu ke dalam laba yang dilaporkan bisa menyesatkan pembaca laporan keuangan, karena penyesuian-penyesuaian ini tidak selalu menyediakan informasi yang cocok dengan dampak ekonomi yang diharapkan dari perubahan kurs atas arus kas perusahaan.
- Pengaruh Alternatif Kurs Translasi Terhadap Laporan Keuangan
Terdapat 3 nilai tukar yang dapat digunakan ketika melakukan
translasi saldo dalam mata uang asing menjadi mata uang domestik yaitu :
- Kurs kini (Current), adalah kurs nilai tukar pada saat tanggal laporan keuangan.
- Kurs historis (Historical), adalah kurs nilai tukar pada saat suatu aktiva dalam mata uang asing pertama kali diperoleh atau ketika suatu kewajiban dalam mata uang asing pertama kali terjadi.
- Kurs rata- rata (Avarage), yaitu rata- rata sederhana atau tertimbang dari kurs nilai tukar kini atau kurs nilai tukar histories.
Kurs nilai tukar historis umumnya
mempertahankan biaya awal ekuivalen dengan suatu pos dalam mata uang asing
dalam laporan berdenominasi mata uang domestik. Penggunaan kurs nilai tukar
historis melindungi laporan keuangan dari keuntungan dan kerugian translasi
mata uang asing, yaitu dari kenaikan atau penurunan dalam ekuivalen dolar saldo
mata uang asing yang timbul dari fluktuasi kurs translasi antar periode
pelaporan. Penggunaan kurs kini menimbulkan terjadinya keuntungan dan kerugian
translasi.
Keuntungan dan kerugian translasi
serta keuntungan dan kerugian transaksi harus dibedakan, dimana keduanya
merupakan keuntungan dan kerugian akibat nilai tukar. Transaksi mata uang asing
terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang, dengan
pembayaran yang dibuat dalam mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam
atau meminjamkan mata uang asing. Translasi diperlukan untuk mempertahankan catatan
akuntansi dalam mata uang perusahaan pelapor. Terdapat 2 jenis penyesuaian
transaksi yaitu :
- Keuntungan dan kerugian atas transaksi yang terselesaikan, timbul ketika nilai tukar yang digunakan untuk mencatat transaksi pada awalnya berbeda dengan nilai tukar yang digunakan pada saat penyelesaian.
- Keuntungan dan kerugian dari transaksi yang belum terselesaikan timbul ketika laporan keuangan disusun sebelum suatu transaksi diselesaikan.
Perbedaan antara keuntungan dan
kerugian nilai tukar yaitu suatu transaksi yang direalisasi ( atau sudah
diselesaikan ) menimbulkan keuntungan dan kerugian yang nyata. Secara umum para
akuntan menyetujui bahwa keuntungan dan kerugian yang nyata. Sebaliknya,
penyesuaian translasi ( termasuk keuntungan dan kerugian atas transaksi yang
belum terselesaikan ) bersifat belum direalisasi atau masih di atas kerja.