Pernah
suatu ketika saya dihadapkan pada kejadian yang bagi saya dan keluarga sangat
berat, yaitu ketika ibu saya yang merupakan single parent harus kehilangan
pekerjaan karena suatu hal. Disaat itu juga saya dan kakak sudah bekerja namun
penghasilan kami hanya cukup untuk diri kami sendiri (gaji saya hanya cukup
untuk biaya kuliah) sedangkan adik bungsu saya masih sekolah dan membutuhkan
biaya yang cukup besar. Bingung? Pasti. Karena ketika itu ibu saya tidak
memiliki dana tabungan yang cukup untuk membayar biaya pendidikan kami,
tabungan yang dimiliki ibu saya hanya cukup untuk makan sehari- hari dan kami
pun tidak tau uang itu akan cukup untuk berapa hari. Pada saat itu juga saya
berniat untuk tidak melanjutkan kuliah, namun semangat dari ibu yang terus
diberikan kepada anak-anaknya begitu besar sehingga kami semua bisa
menyelesaikan pendidikan kami. Dari kejadian itu saya banya belajar bahwa
begitu penting untuk memiliki dana darurat. Sejak kejadian itu saya berjanji
kepada diri sendiri untuk menyisihkan beberapa persen dari gaji yang diterima
untuk disimpan sebagai cadangan dana darurat. Apakah semudah itu dalam mengaplikasikannya?
Tentu tidak, karena untuk mewujudkan mimpi memiliki dana darurat itu saya harus
bersusah payah dan bahkan saya harus rela tidak jajan, tapi semua pengorbanan
itu tidak sia-sia karena sekarang saya sudah memiliki dana darurat untuk diri
sendiri dan untuk orang tua saya.
Berbicara
dana darurat, begitu banyak pakar perencanaan keuangan yang menyarankan bahwa
setiap orang yang akan melakukan ivestasi mereka biasanya diharuskan memiliki dana
darurat terlebih dahulu. Kebutuhan dana darurat setiap individu bisa berbeda- beda
tergantung kondisi orang tersebut. Bisanya jika status kita masih single (belum
menikah) biasanya cadangan dana darurat kita sebesar 3 kali pengeluaran rutin
kita. Dan jika sudah berkeluarga biasanya 6-9 pengeluaran rutin. Dan perlu
diingat bahwa setiap individu memiliki kebutuhan dana darurat yang berbeda, tergantung
kondisi masing- masing, karena semakin banyak tanggungannya maka semakin banyak
pula dana darurat yang harus di siapkan. Dan dana darurat itu harus ditempatkan
pada instrumen keuangan yang mudah dicairkan, misalnya dalam bentuk tabungan
atau deposito berjangka, intinya sih dana tersebut mudah kita cairkan jika
sewaktu-waktu dibutuhkan.
Gimana
sih agar kita bisa dengan mudah menyimpan dana darurat kita tanpa harus takut
kepakai untuk keperluan sehari-hari. Karena jujur pengalaman pribadi sih ya,
jika kita memiliki tabungan yang disertakan kartu ATM biasanya kita dengan
mudah untuk melakukan transaksi, apalagi di era sekarang yang semuanya serba
mudah makan akan sangat sulit untuk tidak membiarkan isi tabungan kita keluar
dari sangkarnya. Hehehe
Saya
pribadi membuat dana darurat ini dengan cara memisahkan rekening operasional
(rekening khusus terima gaji dan biaya hidup) dengan rekening investasi jangka
pendek, investasi jangka panjang, dan rekening khusus untuk dana darurat. Jadi setiap
saya terima gaji biasanya saya langsung memindah dana tersebut sesuai alokasi
yang sudah dibuat. Dan cara ini menurut saya cukup ampuh lo. Jadi uang yang
saya sisakan di rekening operasional itu memang khusus untuk kebutuhan
sehari-hari. Untuk perhitungannya biasanya saya membuat di akhir bulan seminggu
sebelum gajian, dan sekali lagi ini bebas ya disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing. Setelah menerima gaji biasanya saya mengalokasikan dana seperti
dibawah ini :
1.
Zakat
5% dari gaji
2. Bayar Hutang (jika punya)
3. Dana Darurat (5 - 10% dari gaji)
4. Biaya Hidup 40% (termasuk transportasi dan perawatan kendaraan)
5. Investasi
6. Gaya hidup ( biasanya untuk nonton, ngafe,dll)
7. Lain – lain
2. Bayar Hutang (jika punya)
3. Dana Darurat (5 - 10% dari gaji)
4. Biaya Hidup 40% (termasuk transportasi dan perawatan kendaraan)
5. Investasi
6. Gaya hidup ( biasanya untuk nonton, ngafe,dll)
7. Lain – lain
Yang
paling penting dalam mengelola keuangan kita itu adalah disiplin, karena tanpa
disiplin kita tidak akan pernah mencapai tujuan kita. Saya selalu menanamkan pada diri sendiri bahwa dana darurat tidak akan saya dipakai sepeserpun untuk sehari - hari jika tidak dalam keadaan darurat. Karena seseorang yang
ingin memiliki dana darurat atau ingin merdeka secara financial membutuhkan
pengorbanan, dan menurut saya semua itu memang benar, dan perhitungan diatas
harus disiplin dan tidak boleh absen.
Oya saya jadi ingat pesan orang tua saya,
kurang lebih seperti ini “ nak, apabila gaji kamu naik bukan berarti gaya hidup
atau pengeluaran kamu juga ikut naik, harus tetap sama seperti sebelumnya,
karena jika gaya hidup kamu juga ikut naik, kamu tidak akan mencapai kebebasan
finansial meskipun kamu sudah mendapatkan gaji puluhan juta”. And I think its
true.
Semoga
saya bisa konsisten dengan apa yang sudah saya buat ini, amin.
Segini
aja deh postingan kali ini, semoga bermanfaat ya.. J
Nice Post mbak,,, :)
BalasHapusterimakasih sayang.. :)
Hapusmenurut anda berapa idealnya dlm menyisihkan dana darurat untuk kita yang gajinya di bawah 3jt?thx
BalasHapussebenarnya cara menyisihkan dana darurat setiap orang itu berbeda-beda, disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan. kalau menurut saya dengan gaji dibawah 3jt saya akan menyisihkan dana darurat setiap bulanya sekitar 10%. semoga menjawab ya. terimakasih
Hapus